“TAHUN BARU HIJRIAH”

Kita berpisah dengan tahun Hijriah yang lalu, dan menyambut tahun Hijriah baru, telah hilang satu tahun umur kita, semakin dekat ajal yang telah ditetapkan Allah untuk kita, bukankah seharusnya kita berhenti sejenak untuk memperhatikan, mengintropeksi diri, dan mengevaluasi pemasukan amal kita sebagaimana kita lakukan dalam urusan keuangan.
Telah berlalu satu tahun, dan itu bukan waktu yang sedikit untuk mengakomodir memperhatikan perbuatan kita, mari tanya diri kita:
- Apakah kita berhasil dalam meningkatkan kemajuan diri dan seberapa besar kita bisa memperkecil kekurangan yang ada, manusia terhadap dirinya sangat memahami?
- Apakah kita telah megerjakan kewajiban yang diberikan Allah
- Apakah kita pernah membatu saudara kita di negeri Syam yang dicuci dan diobrak abrik oleh kekuatan melampaui batas dan meracuni mereka dengan azab yang buruk selama lebih dari lima puluh tahun?
- Aapakah kita melaksanakan kewajiban Islam terhadap orang lain dengan mengajak mereka kepada petunjuk dan kebenaran?
- Apakah kita telah mendoakan saudara kita yang sedang berperang agar mereka bisa bersabar sampai datang kemenangan insya Allah?
- Apakah kita merasakan tanggung jawab memberi petunjuk dan menyadarkan keluarga baik anak, isteri, saudara dan kerabat dan saudara serta tetangga handai taulan lainnya?
Tanyalah diri kita;
- Apakah kita mempunyai tekat untuk merubah keadaan kepada yang lebih baik pada tahun baru ini?
Ini adalah pertanyaan dan intropeksi objektif dan itu adalah kemajuan meuju kemenangan.
Maka hadapkanlah diri dengan kemampuan kita, dan bertaubatlah kepada Allah dan ulangi ungkapan sya’ir berikut:
Tuhanku, jangan azab aku karena aku
Mengaku apa yang ada padaku
Saya tidak berkelah kecuali harapan
Atas ampunanMu jika ia dan sangka baik ku.
Manusia mengira baik padaku dan aku
Seburuk-buruknya manusia jika tak Kau maafkan.
Ketahuilah sekerang kita sedang berdamai dengan urusan kita sendiri, kita sanggup untuk menghidari kekurangan yang yang berlalu kalau kita mau, orang yang berakal akan mempergunakan kesempatan itu dan mempergunakan sehat dan sempatnya dan kehidupan, sebelum sakit, seibuk dan mati, dan beramal shaleh untuk Allah, namun apabila telah sampai nafas di tenggorokan maka taubat tidak akan bermanfaat lagi, dan mohon minta ke dunia lagi untuk beramal juga tidak bermanfaat, Allah telah mengisahkan kisah fir’aun yang beriman ketika tenggelam, dan tidak diterima: “sekarang sungguh engkau telah engkar sebelumnya dan engkau termasuk orang yang membuat kerusakan” QS; Yunus; 91. Dan firman Allah: “bukanlah taubat itu bagi yang berbuat keburukan sampai datang di antara kalian kematian dan berucap kami beriman” QS Annisa; 18.
Sebagian manusia tidak mengingat istiqamah kecuali setelah tidak sanggup lagi atau setelah dekat kematian, dam mereka disibukkan oleh harta dan anak dan jadilah mereka orang yang merugi. Allah SWT berfirman “Wahai orang-orang yang beriman jangan melengahkanmu harta dan anak dari berzikir kepada Allah, siapa yang melakukan itu mereka itulah orang yang merugi* infakkanlah apa yang Kami rezkikan kepadamu sebelum datang kematian dan kamu berkata, ya Tuhan kalaulah engkau undur saya sedikit lagi saja niscaya saya kan bersedekah dan beramal shaleh* Allah tidak akan pernah mengundur terhadap seseorang apabila telah sampai ajalnya dan Allah mengetahui apa yang kalian lakukan” QS Almunafiqun; 9-11.
Orang-orang zalim meminta untuk dikembalikan ke dunia, dan tidak dikabulkan, dan mereka kekal dalam azab yang pedih, Allah SWT berfirman: “Sehingga ketika datang kematian mereka berkata ya Tuhan kembalikan kami* agar aku bisa beramal shaleh lagi dari apa yang tertinggal, sekali-kali tidak itu adalah perkataan mereka saja dan dibelakang mereka ada dinding sampai hari berbangkit* ketika ditiup sangka kala tidak ada saudara bagi mereka hari itu dan juga mereka tidak akan saling bertanya* siapa yang berat timbangan kebaikannya maka ialah orang yang beruntung* siapa yang ringan timbangannya maka merekalah orang merugi dirinya dalam neraka mereka kekal* wajah mereka akan diahanguskan oleh api neraka dan mereka menderita karenanya* bukankan ayatKu sudah dibacakan kepadamu namun kau mendustai?* meraka berkata ya Tuhan kami kami dikalahkan oleh keburukan kami maka kami termasuk kaum yang sesat* ya Tuhan kami keluarkan kami dari sini sesungguhnya kalau kami kembali kami menjadi kaum yang zalim* Ia berkata diamlah di dalamnya dan jangan berbicara” QS Al-Muminun; 99-108.
Sesungguhnya umur berlalu –dan waktu adalah modal manusia– ia berlalu dengan cepat tidak berhenti dan tidak berulang, siapa yang menyian-nyiakannya ialah orang yang bangkang, bangkrut dan rugi, siapa yang mengisinya dengan amal shaleh ialah orang yang berbahagia dan menang.
Begitulah kabar gembira tentang harapan agar dilihat pemerhati keadaan kaum muslim, insya Allah akan baik, dan kembalinya pimpinan besar manusia ke tangan Islam akan memenuhi dadaku dengan harapan bahwa tahun yang akan datang adalah tahun baik, kemenangan dan kesuksesan, dan berpegang kepada kebenaran dan tahun beramal untuk perencanaan tidak akan berhenti.
Masuknya tahun baru Hijriah mengingatkan kita dengan peristiwa hijrah, ini adalah pemikiran terbesar kita yang kekal, mulia dan penuh berkah, hijrah itu adalah titik tolak lahirnya Negara Islam yang besar, yang mendirikan peradaban agung, dan jauh dari kesesatan, dan berakhirnya masa kezaliman dan kesyirikan, berdirinya masa keadilan dan masa bertauhid, pertistiwa hijrah adalah peristiwa panjang, disana ada pelajaran yang amat dalam dan bermanfaat.
Hijrah terjadi pada tanggal dua belas rabi’ul awal –menurut pendapat yang rajih– namun para sahabat RA memulai tahun di bulan muharam, karena itu adalah awal tahun qamariyah menurut mereka, pada tahun ke enam belas hijriah Khalifah Umar bin Khatab RA, memilih hijrah untuk menjadi sejarah bagi umat Islam dan memulainya. Umar RA adalah imam yang cerdas dan diberi ilham untuk itu dan kitab sejarah menyebutkan bahwa awalnya ditawarkan beberapa opsi kepada beliau:
- Memakai penaggalan Persia
- Memakai penanggalan Romawi
- Memakai awal kelahiran Nabi SAW
- Memulai dari Beliau menjadi Rasul
- Setelah wafatnya beliau
Namun Umar memilih sebaiknya dimulai dari hijrahnya beliau SAW karena tingginya kedudukan hijrah tersebut dan disetjui oleh sahabat –Maka Allah meeridhai– dan berkaitanlah peristiwa hijrah dengan karekteristik kita yang kita peringati setiap awal dan akhir tahun.
Diketahui bahwa diantara identitas diri bangsa adalah tanggal, atau pakaian atau gaya urbanisasi, penetapan waktu, dan umat kita memelihara hal ini sehingga menyerbu perang pemikiran, dan penjajahan non fisik yang menghacurkan, susunan itu mulai berkurang, dan kita ingin meleburnya kepada yang lain, agar kita bisa tunduk dan mengikutnya, dan kita bisa menjadi pengikut Nabi dan mempunyai karekter yang kuat.
Demikianlah Allah SWT menginginkan kita lebih baik dari yang lain, dan melarang kita taklid dan memohon kepadanya untuk memberi kita hidayah ke jalan bukan menyimpang “Tunjuki kami jalan yang lurus jalan yang engkau beri nikmat kepada mereka tidak di murkai dan juga tidak sesat” QS Al-fatihah; 6-7.
Kenyataan banyak muslim sangat menyakiti kita, yang berpindah sejarah penanggalannya dari penanggalan hijriah dan memakai sejarah dan urusan sosial politik serta muamalah resmi mereka memakai penanggalan Miladiyah.
Memori dan seluruh keagungan kita tercatat dalam tanggal hijriah, kebanyakan hukum-hukum di agama kita berkaitan dengan tanggal berdasarkan bulan, dan menjadi pondasi dalam sejarah, seperti puasa dan haji, dan menjadi kewajiban bagi orang-orang pintar dalam urusan agama menerangkan hal ini, dan memperingatkan akan keutamaan menguatkannya, karena itu menunjuk kepada keaslian, dan menolong untuk membedakakan, para ulama hendaknya menerangkan kepada manusia tentang wajib selalu menjaganya.
Dinukilkan oleh Imam Sakhawi dari Imad Al-Asbahani perkataannya:
“Tidaklah umat atau Negara melainkan mempunyai sejarah untuk dirujuk, kembali kepadaya, disampaikan kepada penerus dari pendahulu mereka, dan yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, kalau tidak demikian maka terputuslah kebersambungan, bodohlah Negara… sesungguhnya sejarah hijrah telah menghapus seluruh sejarah sebelumnya
Alhamdulillahi Rabbil Alamin.
Diterjemahkan Oleh: Muhammad Abrar Ali Amran, Lc. MA.
Penerjemah Kemenag Tanah Datar.
Sumber: https://www.alukah.net/spotlight/0/46658/وقفة-تأمل-في-استقبال-العام-الهجري-الجديد
2,522 total views, 1 views today
Baca juga tulisan lainnya di bawah ini:
Statistik Pengunjung





