Jalan M. Yamin Bukit Gombak – Batusangkar, Telp. (0752) 71033

Selamat datang di website Kementerian Agama Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Membangun komunikasi, menjalin silaturahmi, dan berbagi informasi.

HAJI DI ZAMAN SUSAH.. PERAMPOK, MATI KEHAUSAN DAN PANDEMI

Diterjemahkan oleh: M Abrar Ali Amran, Lc.MA.

Penerjemah Kemenag Tanah Datar

Walaupun pengaturan wilayah dan geografi perjalanan haji timur dan barat sudah dilakukan penjagaan militer untuk meminimalisir keburukan, namun kesusahan perjalanan dan musibah-musibah tidak bisa dihapus habis, mungkin yang paling berbahaya sepanjang sejarah adalah perampok (qutha’ al-thariq).

Yosef Beach seorang berkebangsaan Ingris yang ditawan pria Aljazair kemudian memaksanya masuk Islam pada abad 18 M, kemudian ia dibawa menunaikan haji dan mengabadikan perjalanan tersebut pada sebuah buku penting, ia menceritakan bahwa ia dihadapkan  kepada serangan perampok yang menjarah kapal, jumlah mereka banyak waktu itu karena jumlah jamaah juga banyak yang mengambil jalan melalui sungai Nil di Kairo, dan para perampok mengetahui bahwa jamaah haji pasti membawa harta , kami sangat takut dengan serangan mereka tetapi ketika di tembakkan senjata kepara mereka mereaka lari tunggang langgang.

Para perampok  selalu mengintai jemaah haji dimanapun mereka berada, dan tidak luput dari mereka orang tua dan orang yang mulia sekalipun dari jumlah jamaah haji yang sedikit. Sejarah memberikan contoh yang banyak tentang kejadian menyedihkan yang dilakukan perampok terhadap jemaah haji, diantaranya seperti yang terjadi pada kafilah haji Madinah yang baru bertolak dari Medinah menuju Makkah, jarak yang cukup pendek dibanding dengan jemaah dari maroko, India ataupun Afrika, walaupun demikian mereka juga mengalami penjarahan kendaraan mereka pada tahun 982 H. itu adalah keadaan yang mengerikan dan pemandangan yang sangat jelek, terjadi  pada waktu itu perampokan, penusukan pemukulan, Pengedara pada waktu itu sedang berihram (muhrimun) sementa kelompok tersebut melakukan kriminal terhadap mereka (mujrimun).

Sepertinya para perampok tersebut mempunyai peresembunyian tertentu di sepanjang perjalanan haji. Maka Abu Barakat, seorang berkebangsaan Swedia dan penulis buku “nafha miskiyah fi al rihlah almakiyan” (aroma kesturi dalam perjalanan Haji). Yang ditulis tahun 1157 H/ 1744 M. memberikan tanda ke suatu daerah yang berjarak lebih kurang 300 meter dari Madinah, dan betapa berbahayanya jalan ini bagi jemaah haji dan ia berkata, Penduduk bukit bentuknya jelek tanpa darah di wajah mereka, pada umumnya mereka tanpa pakaian, dan sudah tersebar dikalangan para haji bahwa mereka berani saja untuk membunuh dan menjarah harta mereka, hal tersebut tidak benar karena yang melakukannya adalah orang Arab pengembala yang bersembunyi di antara pohon korma dan pohon lainnya serta apabila jamaah lewat sendirian mereka bunuh dan rampok, dan para penduduk bukit tidak keluar dari rumah mereka sampai keluar desa mereka kecuali beberapa orang saja, karena mereka takut dengan para askar penjaga jamaah haji, maka jadilah kebun-kebun tersebut kosong dari manusia, maka datanglah orang arab kesana dan melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut, dan orang yang tidak mempunyai pengalaman mengira mereka adalah penduduk bukit. Padahal demi Allah mereka adalah penduduk muslim yang taat melaksanakan shalat jum’at dan mendirikan jamaah dan menolong para jemaah haji. Dan diam di lembah mereka sebagaiman kita saksikan dengan mata sekarang.

Sampai pada permulaan abad 20 para perempok selama abad tersebut menjadi duri dalam lingkaran pelaksanaan haji, dan menjadi musibah yang nyata kisahnya  ke seluruh pejuru negeri dari timur ke barat. Dan pada tahun 1889 datanglah kafilah militer rusia yaitu Abdul Aziz Dolsyen untuk menunaikan ibadah haji, dan melakukan perjalanan inteligensi bagi militer Rusia tentang keadaan jamaah haji Rusia di musim haji dan pengaruhnya terhadap pemikiran kesatuan Islam yang tersebar waktu itu, dan bagaimana reaksi mreka  terhadap menerima Sultan Abdul Hamid.

Bersamaan dengan itu dolsyin mengisyaratkan betapa berbahayanya perompak tersebut terhadap jemaah haji, seraya berkata; saya dengar beberapa isu dan ketakutan diantara manusia tentang serangan badui; hari ini mereka merampas seorang haji sebanyak 5 Lira, dan yang lain membunuh dan mengambil 40 Lira, di depan mataku datang seorang tentara dan melaporkan ke komandan bahwa temannya yang berangkat bersamanya dari Jeddah ke makkah mereka bunuh dengan batu.

Bahkan seorang terkemuka dari Syam, Dokter Hewan Muhammad Bahjat dalam perjalanannya ke Hijaz tahun 1910 dihadapkan kepada perampokan yang diambil harta dan bajunya, ia ungkapkan dalam suratnya untuk pemimpin-pemimpin Arab “tidak pernah terlintas di pikiran tuan-tuan dan pikiran saya kesulitan yang aku temui dalam perjalanan, betapa kesat dan susahnya kondisi waktu itu.” Hal yang pertama yang kami temui adalah gang nakal, dari bani Athiyah, mereka rampas pakaian, perbekalan dan uang kami, dan mereka rampas dariku senilai limapuluh pound emas, kecuali baju dan bekalku, maka kebutuhanku akhirnya ditanggung teman dan saudaraku di jalan Allah, semogo Allah membalasnya dengan kebaikan.

Perjalanan haji Ibnu Rasyid Alfahri pada abad ke tujuh Hijriah / tiga belas  Masehi mengunkapkan tantangnan paling berbahaya  yang dijumpai para jamaah haji pada masa itu, yaitu kekurangan air, ia berkata; “ dari Tabuk uang dikumpulkan kepada Pimpinan, dan hal yang tersulit diantara  keduanya diperjalanan adalah kurangnya air; karena tidak ada air asli kecuali sumur di lembah Akhdhar yang jumlahnya sedikit untuk rombongan pejalan, sungguh banyak yang gugur di sebagian waktu sejumlah manusia yang tidak sedikit.

Problem kekurangan air ini berlanjut sampai awal abad 20, sebagaimana juga disebutkan oleh pejalan dan tentara Rusia, Abdul Aziz Dolsyin dalam perjalanannya yang dibukukan dalam kitab “Haji sebeum seratus tahun” ia menemui kesusahan yang bersangatan dalam perjalanan haji dari Jeddah di Laut Merah menju Makkah yang Mulia, terutama kekurangan air dan pengaruhnya terhadap jamaah haji, ia mengatakan ketika keluar dari dari Jeddah menuju Makah; Haus dahsyat menimpa dan mengazab aku, kering seluruh mulutku, saya tidak bisa menggerakkan lidahku… jalan berlanjut di gurun yang tandus sesekali mata tertuju ke hutan kaktus yang tinggi”

Diantara sebab lain yang membawa kematian jamaah haji dan umrah adalah panas terik di jalan Jazirah Arab menuju Makkah dan Madinah, hal ini dianggap hal yang sudah tersebar dan diketahui oleh para jamaah sepanjang masa, AlIyasyi dalam perjalanan hajinya yang terkenal dengan ma’ almawaid  (air meja) yang terjadi pada tahun 1072 H. ia ungkapkan tentang jamaah haji Syam apa yang mereka temui di perjalanan mereka ke Madinah Annabawiah, rombongan turun di Asyami Madinah pada malam sabtu, mereka bertemu dengan cuaca panas yang bersangatan seperti yang terjadi pada jamaah Mesir sebelumnya bahkan ini lebih dahsyat, maka matilah sebagian besar mereka di perjalanan dan sebagian kecil sampai ke Madinah.

Panas yang bersangatan ini menjadi sebab kesukaran banyak orang, dan terjadinya pertengkaran yang berujung kepada tragedi, seroang penemu ingris dan pejalan Richard Burton yang mengunjungi Madinah alMunawwarah dan menghabiskan satu musim haji disana dengan nama pinjaman Abdullah pada tahun 1853 M menemui di perjalanannya kesusahan para Haji dan beberapa tragedi yang dilihatnya kerusakan dari panasnya Jazirah Arab.

Ia berkata; “Angin musim berhembus dengan deras seperti biasa, yang mempengaruhi perasaan para musafir,  di satu tempat saya temui seorang Turki yang tidak bisa berbicara sepatahpun dengan bahasa arab, bertengkar sengit dengan seorang Arab yang tidak memahami satupun kata-kata Turki, jamaah turki ini memaksa untuk menambahkan beberapa bawaan dengan kayu untuk dipakai memasak di punggung onta, dan onta meronta dan membuang bawaan tersebut dari pundaknya, maka mereka bertengkar sejadi-jadinya, salah satu mendorong yang lain dan akhirnya si Turki memberikan sebuah pukulan kuat ke arab, setelah itu saya mendengar bahwa Haji Turki tadi terluka dengan luka mematikan pada malam itu, dimana perutnya sobek dan ketika aku Tanya bagaimana nasibnya akhirnya aku ketahui ia dikafani dan meninggal dan dikubur di kuburan yang tidak digali dengan baik. Itulah yang terjadi pada umumnya tragedi bagi yang melakukan perjalanan sendirian”.

Bukanlah hal yang aneh meninggalnya puluhan, ratusan bahkan ribuan jamaah haji dalam perjalanan menuju haji pada zaman tersebut yang tidak ada transportasi modern seperti sekarang, dimana jarak perjalanan mencapai jarak yang susah ditempuh, contohnya, seorang pejalan Ingris mengitung perjalanan pulangnya dari haji selama empat puluh hari, dan itu pada abad delapan belas masehi, terus bagaimana kira-kira jamaah yang datan dari Maroko barat Afrika, Turki, India, Asia Tenggara dan Timur Afrika dan pendatang lainnya dari negeri-negeri yang jauh yang perjalanannya kadang mencapai enam bulan atau lebih sekali jalan dan demikian juga pulangnya.

Bahaya dan kesusahan jamaah haji bukan saja dalam perjalanan pergi dan pulang saja, akan tetapi di Makkah juga jamaah menemui bahaya pencurian atau perbedaan kelompok tentara yang datang dengan kafilah haji dan pertikaian mereka tanpa memandang kemuliaan tempat dan waktu, atau bahkan antara para petinggi yang memimpin hijaz pada sebagian waktu sejarah Islam ketika mereka tunduk kepada Negara besar yang menguasai daerah Arab.

Tragedi terbesar yang dihadapi jamaah haji pada masa Abbasiah adalah serangan Qaramithah terhadap Makkah al Mukarramah pada tahun 317 H serangan tersebut yang menyebabkan meninggalnya tigapuluh ribu penduduk Makkah dan para Hajinya, dan pencurian hajar aswad  dimana Qaramithah menguasainya selama Sembilan belas tahun, maka datanglah Abu Thahir al Qaramithi pemimpin komplotan luar yang beraliran Syi’ah maka jemaah haji dibunuh dengan pembunuhan yang tak terhindarkan di masjid dan diseantero Makkah, dan Gubernur Makkah juga terbunuh yaitu Ibnu Maharib, Pintu Ka’bah di buka paksa, Hajar Aswad dibongkar dan dibawa dan mereka berjumlah Sembilan ratus jiwa, dan mereka membunuh seribu tujuh ratus orang di Masjid, dan menaiki pintu Ka’bah dan berteriak “Ana billah wa billahi ana” (saya dengan Allah dan Dengan Allah Saya) Allah ciptakan makhluk dan saya yang hancurkan, diriwayatkan bahwa yang terbunuh saat itu di seantero Makkah adalah tigapuluh ribu jiwa, termasuk wanita dan anak-anak, ia berada di Makkah hanya enam hari dan tak seorangpun yang melaksanakan haji.

Dari sisi lain dan pada masa-masa tersebut penguasa belum mewajibkan pembatasan kesehatan dan imunisasi atas jamaah haji yang datang dari segala penjuru, dan itu menyebabkan kematian yang berbahaya terhadap kehidupan mereka, dan ketika pemerintah Utsmani menerapkan pembatasan kesehatan pada tahun 1812 M dimana didirikan sebuah Rumah Sakit untuk tujuan ini, para badui pengembala onta dan para buruh menolak kebijakan ini karena menyebabkan untung mereka berkurang  di musim haji, oleh karena itu mereka menyerang rumah sakit tersebut dan menghancurkannya bahkan mereka membunuh dan merampas beberapa orang yang merupakan konsul Eropa yang menyokong kebijakan tersebut terutama konsulat Ingris.

Oleh karena itu penyebaran wabah dan penyakit menular menjadi-jadi diantara jamaah haji, pada tahun 1892 M bertepatan dengan wabah Kolera pada musim haji yang mengerikan waktu itu, kematian bertambah tambah dengan jumlah yang bersusun susun, dan tidak ada kesempatan untuk menguburkan mereka semua, di Arafah jenazah bertambah banyak demikian juga di Mina, dan pada tahun itu kedatangan jamaah haji juga luar biasa banyak.

Tidak sebanding apa yang ditemui jemaah haji kita sekarang dengan apa yang mereka temui sepajang zaman di atas baik musibah dan tragedi yang tak terhingga, sebahagiannya ada yang dituliskan sejarah dan sebahagian lagi hilang ditelan bumi layaknya mayat-mayat yang ditelan bumi dalam perjalanan haji, oleh karena itu diberikan sebuah perupamaan yang terjadi bagi jemaah haji Baitullah waktu itu, dan bergema sampai sekarang bekas kesusahan tersebut; “azzahib mafqud wal a’id maulud” (yang pergi hilang yang kembali terlahir)

Wallahu a’lam

 3,109 total views,  1 views today

Berita Terkini
Peta Lokasi Kemenag Tanah Datar
Temukan Kami di Facebook

Statistik Pengunjung

1 0 2 0 1 7
Users Today : 64
Users Yesterday : 71
Views Today : 93
Views Yesterday : 117
Who's Online : 0
Your IP Address : 3.235.188.113


 


Jadwal Shalat Hari ini



Kategori Tulisan
Arsip Tulisan

 

Ikuti Kami di Twitter
Panel Login
Pencarian
Dokumentasi Kegiatan
Klik Slideshow di bawah untuk
melihat Galeri Foto secara lengkap
Kakamenag ...
Kakanwil m...
Kemenag be...
Penyerahan...
Raker 01
Raker 02
Raker 03
Raker 04
Agenda Kegiatan
September 2023
S M T W T F S
27 28 29 30 31 1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
Info Keberangkatan Haji
Nomor Porsi
Tanggal Lahir
 Format Tanggal : dd-mm-yyyy
Contoh : 20-12-1958
 
 
* Perkiraan Berangkat dapat digunakan sehari setelah pendaftaran