“BERBUAT BAIK KE TETANGGA”

Orang terdekat kepada seseorang adalah tetangga, pada waktu tertentu butuh kepada tetangga melebihi orang dekat atau saudara sendiri, ia adalah anggota eksis di masyarakat kecil bagi seseorang, Masyarakat –secara umum– adalah kumpulan manusia yang tinggal berdampingan, saling terhubung, karena itu Rasulullah SAW mengkhususkan kebanyakan wasiat dan untuk diperhatikan. Adapun tamu adalah siapa yang datang berkunjung dan bukan anggota keluarga.
Dari Aisyah RA dari Nabi SAW dari Nabi SAW bersabda: “Jibril selalu mewasiatkan kepadaku tentang tetangga sampai aku mengira mereka menerima warisan”
Saking banyaknya wasiat Jibril kepada Nabi tentang tetangga sehingga beliau mengira ia akan menerima warisan dari tetangganya. Lafadz “jar” (tetangga) umum tanpa batas, mencakup yang dekat dan yang jauh, dari Abi Syarih bahwa Nabi SAW bersabda: “Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman. Dikatakan siapa wahai Rasul? Beliau menjawab, “orang yang tidak aman tetangganya dari perbuatan buruknya”
Nabi menyatakan ketiadaan iman bagi seseorang yang menimpakan kepada tetangga pengkhianatan, ini menunjukkan buruknya akhlak seseorang, dan buruk sebutannya di masyarakat, seolah Rasul menganalogikan keimanan seseorang dengan timbangan akhlak, dan timbangan itu tidak umum, karena khususnya maka ia menjadi khusus dari sisi pandangan tetangga karena ia adalah orang terdekat secara posisi, ia yang terbanyak mengetahui akhlak seseorang, maka berbuat baik kepada tetangga menjadi suatu keharusan.
Dan timbangan akhlak yang sama yang menghukum keimanan seseorang dalam hadis lain adalah, Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, berkata Rasulullah SAW : “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka ucapkanlah kata-kata baik atau ia diam.”
Hadis ini tidak hanya berbicara tentang tetangga namun juga berbicara terhadap urusan kemanusiaan lain yaitu tamu, tetangga dan setiap yang berbicara dengan orang lain.
Ia adalah hadis bermuamalah dengan masyarakat, masyarakat dekat yang selalu berinteraksi dengannya selama hidup, maka tamu akan mengunjungi seseorang di rumahnya atau di tempat kerja, dan tetangga dekat dengan seseorang tempatnya, dan terjadi pertemuan yang berulang, kemudian kerap kali berbicara dengannya seseorang dalam hidupnya, perkataan biasa singkat atau perkataan seperlunya, kebaikan haruslah terbagi secara sama dalam hadis tersebut kecuali diam lebih diutamakan.
Ditambahkan di hadis ini yang baru terhadap tamu; menentukan hadiah untuk tamu, dengan memuliakannya dan menerimanya sebagai tamu siang dan malam sampai tiga hari dan lebih dari itu tidak masuk lagi dari kewajiban menjamu tamu, namun masuk ke dalam lingkaran sedekah dan amal sunnah, yang dimaksud dengan tamu di sini bukanlah tamu dekat tinggalnya, namun tamu yang datang dari perjalan jauh, dan tinggal di tempat jauh, maka hukumnya lebih khusus. Antusiasnya Nabi SAW untuk memperhatikan tamu disebabkan ini adalah termasuk akhlak tertinggi di lingkungan baduy namanya safar, orang Arab menceritakan dan memuji orang yang memuliakan tamunya, dan hikayat Hatim bin Al-Tha’i bukah hal aneh lagi bagi kita. Dan urusannya bukan hanya sebatas lingkungan badui tentunya, mengunjungi dan bertamu menjadi hal manusiawi bagi setiap masyarakat, dan menghukum dengan memuliakannya menjadi menempati sisi manusiawi, sebagaimana halnya dengan tetangga, dengan segala muamalah baik dan perkataan baik.
Sebagaimana juga bahwa ada pembatasan kategori tetangga ada tetangga yang diutamakan untuk diperhatikan, yaitu yang paling dekat, dari Aisyah RA beliau berkata: wahai Rasulullah saya mempunyai dua tetangga, mana yang lebih baik aku baikan, Rasul Berkata “Mana Pintunya yang terdekat kepadamu”
Yang utama adalah tetangga terdekat rumahnya, karena mereka sering kelihatan, sering bertemu, baik muslim ataupun tidak kalau muslim tentu akan menambah ikatan kasih sayang, dan saling menyokong berlandaskan akidah, dan kalu tidak muslim tentu akan sangat bangga kalau ada muslim yang menunjukkan jalan hidayah kepadanya.
Diterjemahkan Oleh: Muhammad Abrar Ali Amran, Lc. MA.
Penerjemah Kemenag Tanah Datar.
Sumber: https://www.alukah.net/sharia/0/114023/ الإحسان-للجار
2,308 total views, 1 views today
Baca juga tulisan lainnya di bawah ini:
Statistik Pengunjung





